Chapter 100: Tanda Tangan atau Tidak?
Chapter 100: Tanda Tangan atau Tidak?
Ekspresi Yosua menjadi dingin. "Inggrid, aku tidak senang pembicaraan kita dipotong oleh orang lain."
"Kalau begitu, tunggulah aku selesai berbicara dengan direktur saya." Kata Randika dengan santai.
Apa?
Yosua sudah meledak-ledak di dalam hatinya. Ketika dia masih menjadi pimpinan gangster, tidak ada orang yang berani berbicara lancang di depannya. Sekarang dia menguasai kota ini baik bagian terang ataupun gelapnya.
"Baiklah kalau begitu." Karena lawan bicaranya ini pura-pura bodoh, Yosua sudah tidak sungkan lagi. "Inggrid, aku hanya ingin kau tidur bersamaku malam ini dan aku akan menandatangani kontrak ini. Apakah kau sudah mengerti maksudku?"
Wajah Inggrid benar-benar menjadi buruk. Calon rekan bisnisnya ini ternyata mengincar tubuhnya.
"Tidak Tidak akan!" Wajah Inggrid benar-benar dingin seperti es.
"Hahaha jangan sok suci seperti itu." Yosua tertawa keras. "Ini adalah satu syarat yang harus kau penuhi untuk mendapatkan tanda tanganku. Jika kau tidak mau, maka kerjasama kita akan batal!"
"Dan jangan pura-pura kau tidak ingin menginginkan kontrak ini." Yosua melihat ambisi Inggrid dari matanya itu. "Tidak peduli sekuat apa perusahaanmu, kau tidak mungkin bisa mengalahkanku. Percayalah, kau tidak ingin melawanku. Banyak cara untuk menjatuhkan perusahaan sepertimu."
Perkataan Yosua benar-benar berani, sombong dan penuh percaya diri. Dengan kata lain dia berkata bahwa demi kelangsungan perusahaan Cendrawasih, Inggrid harus menyetujui apa pun yang diinginkan oleh Yosua.
"Aku tidak pernah takut dalam hidupku." Kata Inggrid dengan dingin.
"Jangan anggap remeh ancamanku ini." Mata Yosua penuh dengan ancaman. "Bagaimanapun caranya, pada akhirnya kau tetap akan melayaniku di tempat tidur."
Wajah Inggrid sudah benar-benar jijik melihat Yosua, dia lalu berdiri dan bersiap meninggalkan tempat terkutuk ini.
Yosua dengan cepat mencegat Inggrid untuk pergi.
"Bahkan di kotaku ini, seekor naga akan tunduk padaku." Nada bicara Yosua penuh dengan kesombongan. "Kau tidak akan pergi ke mana-mana."
"Kebetulan, itulah yang ingin kusampaikan." Pada saat ini, Randika masih tersenyum lebar. Tetapi, matanya dipenuhi dengan api kemarahan. Ketika Yosua menoleh ke arah Randika, sebuah pukulan sudah mendarat di wajahnya!
"Ah!" Inggrid terkejut, dia tidak menyangka Randika akan berbuat seperti itu. Sekretaris Yosua juga terkejut bukan main, dia hanya bisa linglung melihatnya. Pukulan Randika dengan mudah mematahkan hidung Yosua.
"Kau sudah gila? Berani-beraninya kau melukaiku!" Namun, Randika tidak berhenti di situ saja, dia menampar Yosua dengan keras.
Dasar bajingan, berani-beraninya kau menindas istriku? Kau mengincar tubuh istriku?
Kau akan mati hari ini!
Tangan Randika yang besar itu dengan keras menampar Yosua hingga bekas tangannya mengecap.
"Kau ingin Inggrid tidur melayanimu? Mimpi apa kamu?" Randika terus menampar pipi kiri dan kanan Yosua bergantian.
Lalu kaki Randika menendang Yosua dan dia terpental ke tembok! Randika lalu mengangkatnya dan memukulinya lagi.
"Kau pikir akan lolos setelah ini?"
Duak!
"Kau tidak tahu siapa aku ini?"
Duak!
"Aku adalah penguasa sejati kota ini!"
Duak!
Setiap kata yang dilontarkan Yosua akan disambut dengan pukulan ke perut oleh Randika.
"Kau Kau benar-benar mencari mati!" Yosua memuntahkan seteguk darah, tetapi ini tidak menghentikan pukulan Randika.
"Sepertinya kau tidak mengerti posisimu sekarang ini." Randika tersenyum. "Aku akan mengajarimu sampai kau mengerti."
Setelah itu, Randika melepas Yosua dan menendangnya di lantai. Yosua hanya bisa meringkuk kesakitan seperti udang.
Setelah beberapa saat, Yosua berdiri dan tatapan matanya penuh dengan kebencian. "Kau tidak tahu siapa aku?"
"Aku tidak peduli kau siapa." Randika memukulnya lagi tepat di hidung. "Mau kamu ular ataupun tikus, kau harus tunduk di depanku."
Yosua kembali terpental dan menabrak tembok. Randika belum puas menghajarnya dan ketika dia menghampiri Yosua, tangannya ditahan oleh Inggrid.
"Jangan! Aku tidak ingin kau terlibat masalahku." Kata Inggrid dengan penuh kekhawatiran. Kata-kata itu membuat hati Randika tersentuh.
"Siapa suruh menggoda istriku di depan diriku!" Randika menatap Yosua. "Aku ingin membunuhnya."
Setelah berpikir baik-baik, Randika mengeluarkan surat kontrak yang dibawa Inggrid.
"Mau apa kamu?" Tanya Inggrid.
Randika tidak menjawab dan menghampiri Yosua yang masih meringkuk kesakitan. "Hari ini kau akan menandatangani kontrak ini."
"Mimpi!" Yosua meludah ke wajah Randika. Dan Randika dengan santai menamparnya dengan keras.
"Tanda tangan atau tidak?" Tanya Randika sambil menyeka wajahnya. "Jika kau tidak mau, aku akan menamparmu hingga kau mau."
Plak!
Melihat Yosua masih tidak mau, Randika melayangkan tamparannya lagi.
Plak!
Melihat pimpinannya ini dihajar habis-habisan, sekretarisnya hanya bisa terdiam melihatnya. Bosnya ini memerintah seluruh kota dan belum pernah menunduk ke siapapun. Dan sekarang keadaannya menyedihkan.
Ketika Randika masih sibuk menampar Yosua, pintu ruangan rapat ini tiba-tiba terbuka dan sekumpulan pengawal berbadan kekar masuk.
"Mati kau bangsat!" Yosua tertawa sambil bersimbah darah. Ketika nanti dia berhasil menangkap orang ini, dia akan menyiksanya sampai mati!
"Menurutmu aku takut?" Kata Randika dengan santai.
Randika lalu melempar surat kontrak itu ke udara dan sosoknya sudah menghilang dari depan Yosua. Tiba-tiba, suara rintihan kesakitan para pengawal sudah terdengar.
Randika langsung menerjang ke tengah-tengah para pengawal itu. Bagaikan serigala yang masuk ke kandang ayam, Randika membantai mereka dengan cepat dan mudah. Para pengawal ini tidak bisa mengikuti pergerakan Randika sama sekali.
Ketika para pengawal ini bertahan dari serangan samping, Randika akan menendangnya kuat di dada. Ketika mereka berjaga dari serangan depan, Randika akan memutari mereka dan memukul bagian belakang kepala mereka.
Dalam sekejap, pecahan kaca jendela dan pecahan tembok memenuhi ruangan ini.
Ketika para pengawal itu membalas menyerang, mereka justru dibuat melayang oleh Randika. Di saat udara, Randika pun masih sempat memberikan 2 pukulan tepat di dadanya.
Sekarang, tinggal 3 orang yang masih berdiri dan ketiganya dengan cepat pingsan di lantai.
Ketika tubuh pengawal terakhir itu jatuh, surat kontrak yang dilempar Randika ke atas itu mendarat dengan tepat di tangannya.
Wajah Inggrid dan sekretaris Yosua benar-benar dipenuhi rasa tidak percaya. Orang ini benar-benar manusia?
Dalam waktu 5 detik, Randika berhasil mengalahkan semua pengawal yang masuk ke dalam ruangan ini.
Betapa kuatnya orang ini!
Yosua, yang melihat hal ini dari bawah, sudah mulai gemetar ketakutan.
Lawannya benar-benar kuat!
Perbedaan kekuatan keduanya terlalu besar, tidak ada jalan lain selain pasrah. Bisa dikatakan bahwa satu jari Randika sudah cukup untuk membunuhnya.
"Tanda tangan atau tidak?" Randika bertanya sekali lagi.
Melihat Yosua sama sekali tidak merespon, Randika menamparnya lagi.
"Baiklah, baiklah, aku akan menandatanganinya." Yosua sudah kapok.
Tetapi, Randika kembali menamparnya.
"Aku sudah bilang aku akan menandatanganinya!" Mata Yosua sudah dipenuhi rasa ketakutan. Bukankah dia diampuni setelah mengatakan bahwa dia setuju?
"Maaf, aku tidak bisa menahannya." Randika tertawa.
Yosua benar-benar marah atas rasa malu yang besar ini. Tangannya tidak bisa berhenti gemetar ketika dia menandatangani kontraknya.
"Kalau begitu, mohon kerja samanya Tuan Yosua." Randika lalu mengambil kontrak itu dan tersenyum. "Aku harap pertemuan kita berikutnya tidak seberantakan seperti ini."
Randika lalu menghampiri Inggrid dan berkata dengan santai. "Nih surat kontrakmu."