Chapter 314: Pembantaian Keluarga Alfred
Chapter 314: Pembantaian Keluarga Alfred
Para polisi yang melihat kejadian ini hanya bisa merinding, para tamu undangan sudah kehabisan napas dan bersembunyi dengan hati yang ketakutan. Ketika semua orang berusaha bernapas, bau amis darah langsung memenuhi hidung mereka.
Ivan menatap para ahli bela diri yang dibayarnya puluhan miliar itu sudah tidak memiliki kepala semua. Tatapan matanya sekarang terlihat bingung. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Mereka adalah para ahli bela diri terkuat di dunia, kenapa mereka kalah oleh satu orang?
Ivan masih tidak bisa mempercayai apa yang telah terjadi. Kakinya bergetar tanpa henti, pada saat ini dia sudah ketakutan setengah mati.
Karena kehabisan orang untuk melawan Randika, sekarang gilirannya berhadapan dengan iblis itu!
Di bawah tatapan mata semua orang, Randika berjalan menghadapi Ivan secara perlahan.
"Aku adalah kepala keluarga Alfred dari Jakarta, pengaruhku di negara ini sangat besar." Ivan menyadari niat membunuh Randika sekarang tertuju padanya. Tatapan mata Ivan benar-benar menunjukan kebenciannya pada Randika. "Jika kau berani membunuhku, kau harus siap menerima pembalasan dendam dari seluruh penjuru negara ini!"
Namun, Randika tidak menjawab dan ekspresi wajahnya tidak berubah sama sekali.
Wajah Ivan sudah pucat pasi, kakinya makin gemetar dengan hebat. Ketika Randika melangkah maju, Ivan tidak bisa berhenti untuk mundur ke belakang.
Ivan benar-benar menyadari apa yang akan terjadi berikutnya, dia akan mati di tangan Randika.
Para tamu undangan sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka sendiri tidak menyangka acara pernikahan hari ini akan menjadi awal mulanya kehancuran dari keluarga Alfred.
Ketika melihat Randika tidak bergeming sama sekali, suara serak Ivan kembali terdengar. "Jika kau berani membunuhku, keluargaku yang selamat akan membunuh Inggrid! Aku tidak akan membiarkan perempuan biadab itu hidup dengan tenang!"
Pada saat ini, Ivan sudah kehabisan jalan untuk mundur. Randika, yang daritadi terdiam, akhirnya sampai di hadapan Ivan. Aura membunuhnya yang seluas lautan itu akhirnya akan tersalurkan.
"Kalau begitu aku akan membunuh siapapun yang berani membalaskan dendammu!"
Mendengar ancaman yang tertuju pada Inggrid, darah Randika yang sudah mendidih makin mendidih. Ketika Ivan ingin menjawab, dadanya sudah tertinju dengan keras.
Randika sama sekali tidak menahan tenaganya. Bahkan pintu khusus yang dibuat oleh Shadow ketika mengurungnya itu sudah pasti akan hancur oleh pukulannya sekarang, apalagi Ivan yang hanya terbuat dari tulang dan daging?
Tinju Randika bersarang tepat di tengah dadanya dan membentuk lubang yang besar.
Kekuatan yang terkandung pada tinjunya itu membuat Ivan menembus ke dalam dinding. Semua tamu dan polisi sudah terkejut bukan main. Di bawah tatapan para anggota keluarganya, mereka menyaksikan momen terakhir kepala keluarga mereka.
DUAK!
Leher Ivan ikut patah ketika dia menembus dinding, dia yang sekarang sudah tidak dapat bernapas lagi untuk selamanya.
Randika kemudian mengangkat mayat Ivan dan membuangnya ke hadapan para anggota keluarga Alfred yang masih hidup.
"Tuan Ivan!"
Suara tangisan tragis bercampur marah dapat terdengar dari seluruh anggota keluarga Alfred.
Melihat mayat yang dilempar oleh Randika itu, semua tamu benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Ivan sudah mati?
Semua menatap takut pada Randika, bisa-bisanya orang itu membunuh orang nomor 1 dari keluarga Alfred.
Bruno sendiri juga ikut terkejut, kejadian hari ini benar-benar membuat kepulangannya ke Indonesia ini semakin sepadan. Dia tidak menyangka akan menemukan orang sekuat dan seberbahaya ini. Jika barusan saja dia berusaha mencegahnya, bisa-bisa dada yang berlubang adalah dadanya.
Pada saat ini, seluruh anggota keluarga Alfred seperti sudah kehilangan akalnya. Tidak tahu siapa yang berkata, tetapi kata-katanya tersebut membakar api kebencian mereka. "Balaskan dendam Ivan, balaskan dendam Ivan!"
"Balaskan dendam Ivan, balaskan dendam Ivan!"
"Balaskan dendam Ivan, balaskan dendam Ivan!"
Mereka sudah benar-benar kehilangan akal, mereka mulai menerjang satu per satu ke arah Randika. Dalam sekejap kejadian menjadi kacau!
Tatapan mata Randika masih tetap dingin. Keluarga Alfred benar-benar merupakan penyakit yang harus dihilangkan, oleh karena itu dia harus menghancurkan keluarga ini hingga ke akarnya!
Karena para anggota keluarga itu menerjang dirinya, hal ini sangat memangkas waktu dan membunuh kanker tersembunyi tersebut.
Randika tidak sungkan-sungkan untuk membunuh, cecunguk-cecunguk seperti mereka bukanlah tandingan bagi dirinya. Mereka hanya mempercepat kematian mereka. Sebelumnya kolam darah mulai mengalir di halaman kediaman keluarga Alfred, sekarang kolam tersebut sudah semakin menggenang. Mayat demi mayat mulai menumpuk. Halaman rumah ini sudah penuh oleh mayat dan Randika terus membantai di tengah-tengah mereka!
Dengan satu serangan, tenaga dalam Randika yang mengalir deras itu sudah cukup mampu membuat lubang ataupun memutuskan kepala siapapun yang berani menentangnya. Pada saat yang sama, para anggota keluarga Alfred yang masih hidup semakin sedikit sedangkan mayat saudara-saudara mereka semakin menumpuk tidak karuan.
Para tamu undangan, yang bersembunyi sambil melihat adegan berdarah ini, menatap Randika dengan tatapan bingung. Dia tidak menyangka keluarga Alfred yang berpengaruh seperti ini akan dibantai oleh satu orang!
Jika dilihat dari kejadian ini, sudah pasti keluarga Alfred akan kehilangan pijakannya dan hancur tanpa bersisa!
"Sepertinya ibukota akan kacau beberapa hari ke depan."
"Kita harus membicarakannya di pertemuan keluarga kita. Pemuda itu pasti bukan manusia lagi. Kita juga harus memperingatkan semua anggota keluarga kita untuk tidak menyinggungnya sama sekali."
"Kita hanya bisa berdoa untuk arwah keluarga Alfred."
Para tamu itu langsung menganalisa apa yang harus dilakukan keluarga mereka, kejadian ini jelas akan mengguncang ibukota. Tentu saja reaksi mereka ini tidak berlebihan karena di tempat Randika berdiri, mayat-mayat para anggota keluarga Alfred itu tergeletak tidak berdaya.
Mulai dari kepala keluarga, anggota inti, anggota cabang, semua mayat mereka ada di sana.
Namun, di antara para tamu ini, ada seorang perempuan yang menatap benci Randika. Hatinya sudah dipenuhi oleh kemarahan dan niat membunuh yang besar. Kuku tangannya sudah menancap di kedua telapak tangannya dan darah tidak bisa berhenti mengalir.
Dia adalah Anna, anak keempat dari keluarga Alfred.
Orang-orang yang dibunuh oleh Randika adalah anggota keluarganya, tetapi dia sama sekali tidak berdaya. Tubuhnya bergetar tanpa henti tetapi matanya tetap tertuju pada Randika, matanya itu seakan-akan ingin menguliti Randika hidup-hidup.
Bersamaan dengan Randika yang terus membantai, Anna berdiri dan berusaha kabur dari rumahnya itu. Sebelum dia pergi, dia berbalik dan menatap Randika.
Aku bersumpah akan membalaskan dendam keluargaku! Lalu Anna melarikan diri dari tempat itu bersama beberapa orang.
Randika sendiri aslinya tidak tahu siapa saja anggota keluarga Alfred jadi tidak heran ada satu atau dua orang yang lepas dari genggaman mautnya.
Yang jelas, dia telah membunuh seluruh anggota inti keluarga Alfred.
Randika berdiri diam setelah darah sudah hampir menutupi seluruh tubuhnya, pemandangan ini membuat semua orang ketakutan. Jika Randika berjalan menghampiri mereka mungkin mereka sudah pasti memohon ampun demi nyawa mereka.