Chapter 353: Pasukan Ares Telah Tiba!
Chapter 353: Pasukan Ares Telah Tiba!
Tentu saja ketakutan Randika ini dibuat-buat. Setelah menerima pukulan bantal berkali-kali dari Hannah dan Viona, Randika diusir dari kamar mereka berdua.
Namun sejujurnya, Randika lah yang keluar sebagai pemenang hari ini. Di saat pemukulan itu terjadi, dia berhasil mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dia berulang kali meraba dan meremas kedua dada perempuan itu!
Ketika dia berjalan menuju kamarnya, wajahnya tidak bisa berhenti tersenyum. Ah. Aku ingin menyentuhnya lagi!
...
Keesokan harinya, ketiganya langsung jalan-jalan lagi.
Menurut rencana mereka kemarin, Hannah dan Viona ingin pergi ke pantai hari ini. Randika, tentu saja, menerima usulan ini karena pantai sama saja dengan bikini. Di mana ada bikini, di situ ada perempuan cantik. Jelas Randika sangat menantikan momen ini!
Ketiganya berangkat menuju pantai dengan semangat yang membara, sayangnya pantai yang mereka datangi sangatlah ramai.
"Keren!" Karena dari awal tujuan mereka adalah pantai, Hannah dan Viona sudah memakai bikini mereka sejak dari hotel. Sekarang mereka tinggal melepaskan baju dan celana mereka saja.
Randika duduk dan menjaga barang-barang mereka sembari memperhatikan dua malaikat cantik ini.
Tidak diragukan lagi, Hannah dan Viona benar-benar perempuan super cantik. Kaki putih mereka yang panjang dan halus itu benar-benar kelas dunia. Belum lagi pinggang mereka yang ramping dan dada mereka yang besar.
Randika menelan air liurnya berkali-kali, kedua perempuan tersebut sangat menggoda! Namun dari segi sifat, Viona lebih ke arah pendiam sedangkan Hannah ke arah liar dan bersemangat.
Dan apabila diperhatikan baik-baik, sepertinya Viona menang di kategori dada namun perbedaannya tidaklah jauh. Sepertinya dia perlu meraba mereka berdua agar Randika dapat tahu secara detail.
Memikirkan hal tersebut, Randika menjadi sedikit murung. Seharusnya sekarang hubungannya dengan Viona sudah masuk tahap hubungan badan! Tetapi sampai sekarang dia masih belum melewati tahap foreplay.
"Ran ayo cepat masuk!" Kata Viona sambil menggandeng Randika.
Ketika mereka masuk ke dalam air, Hannah sudah menyambut mereka dengan semprotan air.
Melihat Randika yang terkena telak, Hannah dan Viona tertawa terbahak-bahak. Rupanya Viona bertugas untuk menahan Randika agar Hannah dapat menyemprotnya secara akurat.
"Kalian ini ya!" Randika mulai melancarkan serangan balik dan Viona mulai lari sambil menggandeng Hannah. Ketiganya saling menyemprotkan air, benar-benar hari yang menggembirakan.
Untuk liburan yang menggembirakan seperti ini sejujurnya tergantung siapa yang kita ajak, hal seperti ini bukan tergantung tempatnya. Ditemani perempuan cantik seperti Viona dan Hannah tentu saja membuat Randika bahagia.
Namun ketika Randika menikmati momen ini, tiba-tiba kedua perempuan tersebut menyatukan kekuatan dan menyerang Randika!
"Hahaha salah sendiri kakak melamun!"
"Maafkan aku Ran, tapi rasakan itu!"
"Lihat pembalasanku!"
Randika tidak mau kalah begitu saja, tangannya dengan cepat mengambil air sebanyak-banyaknya dan menyemprotkannya pada Hannah dan Viona.
"Ah!"
Randika dengan akurat mengenai keduanya, tetapi tidak lama kemudian, Hannah sudah mengaku kalah karena dia sudah tidak bisa menerima serangan air Randika.
Setelah itu, mereka bertiga mulai berenang.
Karena tidak mau terlalu dalam, Hannah dan Viona hanya berenang-renang di sekitar. Bagaimanapun juga, mereka berada di laut. Bahkan meskipun mereka berada di pinggir pantai, mereka harus tetap berhati-hati.
"Han, mau kubantu berenang?" Tanya Randika sambil tersenyum.
"Tidak mau, kak Randika pasti aneh-aneh lagi." Kata Hannah dengan wajah cemberut.
"Ya sudah kalau begitu." Randika lalu mencari Viona.
Berenang ke samping Viona, Randika berkata padanya. "Vi, mau kubantu berenang?"
Mendengar hal ini Viona tersipu malu dan mengangguk.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita pemanasan dulu?" Randika lalu berkedip. "Aku akan menahanmu dari bawah."
Setelah berkata seperti itu, Randika masuk ke dalam air. Viona terlihat bingung tetapi tiba-tiba dia merasa bahwa pantatnya tiba-tiba dipegang.
Wajah Viona dengan cepat menjadi merah, jelas Randika memanfaatkan momen ini untuk meraba dirinya.
Dengan bantuan Randika, Viona mulai berenang.
Hannah juga berenang ke arah Viona. Melihat kakak iparnya itu menghilang, dia mendadak menjadi curiga. Tetapi tiba-tiba, dia merasa kakinya disentuh dari bawah air dan sosok misterius tersebut tiba-tiba keluar di depannya.
Ketika Hannah pulih dari keterkejutannya, ternyata Randika lah yang mengagetkan dirinya.
"Tuh kan kak Randika mesum lagi!" Kata Hannah dengan wajah marah.
"Hah? Apa yang kamu maksud?" Randika bersikukuh bahwa dia tidak sengaja menyentuh kaki Hannah.
Ketika mereka berdua berdebat, tiba-tiba, ada suara teriakan. "Tolong, tolong! Anakku hanyut!"
Randika menoleh ke arah tengah laut dan melihat seorang bocah yang sedang memakai pelampungnya itu hampir hanyut oleh ombak.
Sepertinya bocah itu memanfaatkan kelengahan orang tuanya dan berenang makin jauh menuju tempat yang sepi. Karena memakai pelampung, dia merasa aman-aman saja tetapi yang tidak dia ketahui adalah ombak di tengah laut jauh lebih besar daripada yang ada di pinggir.
Dan sekarang bocah tersebut terus menerus dihajar oleh ombak!
Semua orang menjadi panik ketika mendengar seruan minta tolong ibu tersebut.
"Orang tuanya bodoh sekali!"
"Cepat panggil penjaga pantai!"
"Sialan, sepertinya semuanya terlambat."
Beberapa orang tentu saja memiliki pemikiran untuk berenang ke arahnya untuk menyelamatkannya tetapi kecepatan berenang mereka terlalu lambat. Bisa dipastikan bahwa anak tersebut hanyut makin jauh ataupun tenggelam sebelum bantuan datang.
Randika menyadari bahaya ini kemudian dia langsung berenang dengan kecepatan penuh menuju anak kecil itu.
Sang ibu sudah hampir pingsan karena menangis sedangkan si ayah masih berusaha berenang ke arah anaknya. Karena ombak yang terus menghantamnya, dia akhirnya kelelahan dan akhirnya menyerah.
"Habis sudah."
"Panggil ambulans!"
"Ini juga salah orang tuanya, bisa-bisanya mereka teledor seperti itu."
Para turis yang lain sudah menyerah, tetapi tiba-tiba salah satu dari mereka menyadari sesuatu.
"Anak itu akan tenggelam!"
Ombak besar ternyata menghantam anak kecil itu dan menelannya hidup-hidup.
Ibu dari anak itu langsung pingsan melihat kejadian ini, tetapi secara ajaib anak itu berhasil muncul ke permukaan tetapi tidak menunjukan tanda-tanda bahwa dia masih hidup.
Sepertinya anak kecil itu menggunakan tenaga terakhirnya untuk muncul ke permukaan. Tetapi jika ada ombak lagi yang menghantamnya, dia pasti tidak bisa bertahan lagi.
Jika anak kecil itu tidak mendapatkan bantuan, jelas dia akan mati di tempat ini.
Beberapa penjaga pantai sudah berenang ke arahnya tetapi kecepatan mereka terlalu pelan dan jarak mereka cukup jauh.
Pada saat ini, anak kecil tersebut memuntahkan sejumlah air dari dalam tubuhnya. Di tengah-tengah perjuangannya itu, dia sudah merasa bahwa dia akan mati.
Semua orang sudah menyerah dalam hati mereka ketika melihat sebuah ombak kembali menelan anak kecil tersebut.
"Anakku! Tidakkkk! Maafkan ibu!" Si ibu yang kembali sadar itu langsung menangis dengan keras.
Para penjaga pantai yang berenang ke arah anak kecil tersebut sudah berhenti berenang dan menghela napas mereka. Si ayah meskipun terengah-engah masih tidak menyerah dan terus berenang meskipun pelan. Apa pun yang terjadi, dia harus membawa anaknya meskipun dalam keadaan mati.
Detik demi detik terus berlalu, tidak ada tanda-tanda anak kecil itu kembali muncul ke permukaan. Sepertinya harapan sudah sirna.
Semua sudah memberikan belangsungkawa kepada sang ibu yang masih menangis.
Namun, tiba-tiba muncul keajaiban, anak kecil itu muncul ke atas permukaan!
Kejadian ini membuat semua orang di pinggir pantai terkejut.
"Apa yang terjadi?"
"Lihat! Ada tangan yang menggendong anak kecil itu!" Kata orang yang melihat menggunakan teropong.
Semua orang langsung menjadi heboh, kemudian Randika juga muncul ke permukaan. Hal ini membuat semua orang bersorak-sorak.
"Dia menyelamatkan anak kecil itu!"
"Luar biasa!"
Ketika si ibu mendengar bahwa anaknya berhasil diselamatkan langsung memanjatkan syukur tanpa henti.
Semua orang berbondong-bondong menggunakan teropong ataupun kamera HP untuk melihat Randika yang berenang dengan satu tangan menuju pinggir pantai.
Di tengah-tengah perjalanannya, Randika sudah dibantu oleh sang ayah dan para penjaga pantai.
"Anakku!" Akhirnya si ibu berhasil memeluk anaknya kembali, tetapi kesadaran anaknya itu masih hilang.
"Cepat beri napas buatan!" Para penjaga pantai langsung mengambil sang anak dan memberikan pertolongan pertama.
Perjuangan sang anak akhirnya terbayarkan, setelah 30 detik akhirnya dia menyemburkan air yang dia telan sebelumnya.
"Mana ambulans? Bawa dia ke rumah sakit!" Meskipun dia sudah tidak apa-apa, lebih baik membawanya ke rumah sakit untuk jaga-jaga.
Ketika orang-orang masih sibuk melihat anak kecil tersebut, sosok pahlawan yang menyelamatkannya sudah menghilang dari antara mereka.
"Mana orang yang telah menyelamatkan anakku?" Orang tua si anak ingin menyampaikan terima kasihnya tetapi pada saat ini Randika sudah kembali bersama dengan Viona dan Hannah.
Hanya si ayah dan para penjaga pantai yang melihat wajahnya jadi Randika bisa menghilang dengan cepat dan tidak menarik perhatian sama sekali.
"Ran, kamu lagi-lagi menyelamatkan orang." Kata Viona dengan wajah yang terkagum-kagum.
Randika hanya bisa tersenyum. "Sudah kewajiban untuk membantu sesama kita."
Hannah yang bersemangat itu juga kagum dengan kakak iparnya. Setiap Randika berbuat sesuatu, entah kenapa Hannah juga ikut bersemangat.
"Kak Randika memang luar biasa! Bagaimana caranya kakak bisa berenang secepat itu?" Hannah terkagum-kagum karena Randika tiba-tiba sudah berada di sisi anak kecil tersebut.
"Kamu mau tahu?" Kata Randika sambil tersenyum.
"Tentu saja!" Hannah pun ikut tersenyum.
"Sini aku ajari." Kata Randika sambil tertawa.
Hannah mendekat dan Randika membisikinya. "Rahasia."
Hannah terdiam beberapa saat dan menjadi marah ketika dia sudah sadar kembali.
"Kak Randika mesti kayak gini!" Hannah sudah siap menenggelamkan Randika.
"Vi, tolong aku!"
Ketika mereka sudah berhenti berkelahi, mereka bertiga kembali ke pinggir pantai. Pada saat ini, Randika menerima pesan di HP miliknya.
Pasukannya telah tiba di Makau!