Chapter 359: Pulang Menuju Kota Cendrawasih
Chapter 359: Pulang Menuju Kota Cendrawasih
Hannah dan Viona benar-benar sudah tersihir oleh Randika, apabila Randika bilang baju ini bagus maka mereka akan memakainya tanpa berpikir panjang. Bagi Randika, fashion show pribadi ini benar-benar memanjakan matanya. Randika memaksa mereka menggunakan baju sexy pilihannya itu untuk keesokan harinya.
.....
Hari ini merupakan hari terakhir mereka di Makau, sebelum menuju bandara, mereka memutuskan untuk jalan-jalan untuk terakhir kalinya. Tetapi hari ini, Randika merasa bahwa tatapan mata orang-orang tertuju pada mereka bertiga.
Untuk perempuan secantik Hannah dan Viona, mereka dari awal sudah menarik perhatian dengan kecantikan mereka. Tetapi sekarang setelah memakai baju sexy dan menggoda, jelas tatapan para pria hidung belang tidak bisa berhenti menatap.
Untuk hari ini, Randika memilihkan mereka berdua baju yang cukup terbuka dan ketat. Lekuk tubuh mereka sangat jelas terlihat.
Di sepanjang perjalanan mereka, bukan hanya pria saja yang melirik ke arah mereka tetapi para perempuan juga tidak kalah banyak.
"Ran, banyak orang melirik kita." Kata Viona yang memiliki kulit tipis itu.
"Sudah tidak apa-apa, mereka hanya sedang mengagumi padamu." Kata Randika sambil tertawa.
Tetapi sejujurnya, ketika para pria melihat Viona, mereka semua terpukau. Ketika mereka melihat Hannah, mereka semua ternganga. Dan ketika mereka melihat sosok Randika berdiri di tengah-tengah mereka, mereka semua menggila.
Diapit oleh dua perempuan cantik dan sexy, bukankah itu idaman para pria?
Semua pria memiliki rasa benci dan iri pada Randika sedangkan Randika sendiri mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, dia sangat bangga dengan keadaannya yang sekarang ini. Dia mempersilahkan semua orang melihat tetapi kalau mereka berani menyentuh maka mereka akan berurusan dengan tinju miliknya.
Di perjalanan mereka, ada seseorang yang baru saja membeli pot bunga dari toko bunga. Kemudian dia tidak sengaja melihat Hannah dan Viona.
PRANG!
Dalam sekejap pot bunga itu terjatuh menjadi berkeping-keping.
Di restoran, ketika si pelayan membawa nampan berisi makanan, dia tidak sengaja melihat ke arah jendela di mana waktu itu Hannah dan Viona kebetulan lewat. Tiba-tiba, nampan itu terjatuh dan mengenai salah satu pengunjung.
"Bajingan! Panggil manajermu!" Pengunjung itu marah besar.
Di sisi jalan, sebuah mobil mewah bermerek Maserati sedang lewat. Pada saat ini, si pengemudi menatap Hannah dan Viona lekat-lekat dan matanya itu tidak bisa lepas dari kedua malaikat cantik itu. Kemudian, suara tabrakan yang lumayan keras dapat terdengar. Rupanya Maserati tersebut menabrak mobil di depannya!
"Tidak! Mobilku!" Si pengemudi Maserati itu benar-benar menyesal.
Bisa dikatakan bahwa ketiga orang ini telah menggertakan kota Makau hanya karena penampilan mereka hari ini. Semua orang yang melihat mereka benar-benar terpukau. Bagi Randika ini adalah pujian tertinggi yang bisa didapatkan oleh seorang pria.
Dia dapat merasakan tatapan kebencian dan iri orang-orang, perasaan seperti ini sangat menyenangkan. Ingin sepertiku? MIMPI!
Setelah mereka cukup lama berjalan-jalan, akhirnya mereka memanggil taksi dan berangkat menuju bandara. Di bandara, tatapan mata orang-orang tidak sebanyak ketika mereka jalan-jalan sebelumnya. Tetapi Randika masih dapat merasakan tatapan iri orang-orang yang melihat dirinya.
Setelah masuk ke dalam pesawat, akhirnya mereka pulang menuju kota Cendrawasih. Sedangkan untuk pasukan Ares yang ada di Makau, Randika berkata pada mereka bahwa misi telah selesai dan mereka bisa pulang ke markas mereka di Jepang.
Setelah 9 jam di dalam pesawat, mereka akhirnya mencapai kota Cendrawasih di malam hari. Sesampainya mereka di bandara Cendrawasih, mereka bertiga memanggil taksi. Pertama-tama mereka mengantarkan Viona terlebih dahulu sebelum akhirnya pulang ke rumah.
Tidak lama kemudian, Randika dan Hannah telah sampai di rumah.
"Kak, aku pulang!" Teriak Hannah dengan lantang. Dia langsung berlari menuju ke dalam rumah dan meninggalkan Randika bersama koper dan tas belanjaannya.
"Wah nona muda sudah balik." Ibu Ipah menyambut Hannah dengan senyuman tulus. Inggrid yang melihat Hannah berlari ke arahnya itu juga ikut tersenyum. Di tangannya terlihat sebuah dokumen, sepertinya Inggrid membawa pulang pekerjaannya.
"Bagaimana liburanmu?"
"Sangat menyenangkan! Aku benar-benar puas! Banyak kejadian menarik di Makau!" Hannah langsung duduk di samping Inggrid. Berbaring di paha kakaknya, dia mulai menceritakan apa yang terjadi selama di Makau.
Pada saat ini, Randika akhirnya masuk sambil membawakan koper-koper miliknya dan Hannah. Ketika dia baru saja masuk, dia langsung disambut oleh kata-kata Hannah yang menusuk hati. "Tolong masukkan koperku ke dalam kamar ya kak."
Sialan, kenapa adik iparnya itu menganggap dirinya seorang pelayan? Bukankah aku ini kakak iparmu.
Randika benar-benar kehabisan kata-kata, tetapi dia sendiri juga berjalan menuju lantai 2 meskipun dengan wajah yang ogah-ogahan.
"Jadi gini kak, waktu itu kak Randika cuma mengatakan 2 hal dan orang yang diteleponnya itu langsung ketakutan!" Kata Hannah dengan semangat.
Melihat Hannah yang bersemangat seperti anak kecil ini, Inggrid tidak bisa berhenti tersenyum. Dia sangat paham kemampuan suaminya itu, tetapi meski begitu, Inggrid selalu terkagum dengan Randika. Sepertinya semua masalah yang dihadapi Randika itu selalu teratasi dengan mudah.
Sejak Randika menyelamatkan dirinya dari pernikahannya dengan keluarga Alfred, reputasi Randika sudah tersebar luas.
"Pertama, namaku adalah Randika. Kedua, apakah kau ingin keluargamu aku musnahkan?" Hannah mencoba menirukan Randika pada saat itu. Tiba-tiba, kepalanya itu dijitak dari belakang oleh Randika.
"Mesti cerita yang tidak perlu." Kata Randika sambil duduk di sebelah Inggrid.
"Kak, kenapa kakak memukulku?" Hannah menjadi cemberut. "Aku belum selesai bercerita!"
"Cerita seperti itu biar aku sendiri yang cerita ke kakakmu. Sudah sana mandi dan istirahat, biar aku menemani kakakmu." Kata Randika dengan tatapan tajam.
"Hohoho jadi kak Randika berani melawanku? Aku ceritakan bagaimana kak Randika bermesraan dengan perempuan lain saat di Makau." Kata Hannah di telinga Randika.
Randika hampir muntah darah. "Maksudmu apa! Aku tidak pernah melakukannya!"
"Jangan berdalih! Aku melihatmu saat di kasino sedang bermesraan dengan perempuan lain." Kata Hannah sambil tersenyum nakal.
Randika hanya bisa tersenyum pahit. Meskipun ini cuma sebuah gertakan, tetapi ketika seorang istri mendengar gosip seperti ini tentu saja ini akan menimbulkan keretakan.
Inggrid hanya tersenyum ketika melihat kedua orang ini bertengkar. "Han, sebelum ini ada orang yang datang ke rumah. Dia mencarimu karena ingin membicarakan bisnis toko bajumu itu."
Hannah langsung tersadar ketika diingatkan oleh Inggrid. Hannah langsung berlari ke kamarnya untuk menghubungi rekan kerjanya.
Setelah beberapa waktu toko bajunya itu buka, Hannah kehilangan hasratnya dalam berbisnis. Kemudian dia menyerahkan bisnis toko bajunya itu ke temannya. Keuntungan yang didapat oleh toko akan dibagi sesuai dengan kesepakatan mereka berdua.
Bagaimanapun juga, melihat sifat Hannah, dia bukan tipe orang yang bisa diam dan menunggu.
Randika duduk kembali dan menggenggam tangan Inggrid. Tangan lembut istrinya ini membuat dirinya tidak ingin melepasnya untuk selamanya.
"Sayang, apa kamu rindu aku?" Tanya Randika sambil mencium tangan Inggrid.
Meskipun mereka sudah cukup lama menjadi suami istri, Inggrid masih bisa tersipu malu ketika Randika bertindak romantis padanya. Namun, dia masih malu untuk mengakuinya. "Hmm kamu siapa ya?"
"Hahaha jangan gitu, aku benar-benar merindukanmu." Tangan Randika sudah berada di punggung Inggrid. Hari-harinya di Makau penuh dengan godaan dan dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasinya. Dia sama sekali tidak bisa menyentuh Viona maupun Hannah jadi nafsunya itu benar-benar sudah di ambang batas.
Awalnya Randika mengira liburan ke Makau ini bisa menambahkan Viona dan Hannah ke dalam rencana haremnya tetapi tidak ada kesempatan sama sekali untuknya. Viona dan Hannah selalu bersama-sama, tidak ada kesempatan baginya untuk melancarkan serangannya.
Tetapi untungnya saja, dia memiliki seorang istri yang perhatian padanya.
Randika sudah tidak tahan lagi, tangannya sudah mulai berenang ke mana-mana. Inggrid yang dapat merasakan nafsu suaminya yang tidak terbendung itu berbisik di telinganya. "Masih ada Ibu Ipah, tolong pelan-pelan."
"Baiklah." Tetapi Randika yang sudah nafsu ini mana bisa melakukannya pelan-pelan?
"Hei, apakah ada acara bagus malam ini di kamar?" Bisik Randika.
"Tentu saja tidak!" Kata Inggrid. Tetapi mata Randika yang penuh harap itu seakan-akan menyihir hati Inggrid untuk luluh.
Tetapi melakukan hal-hal aneh setelah sekian lama tidak bertemu? Tentu saja Inggrid menolak!
Tetapi bagaimanapun juga, sepertinya dia tidak bisa kabur dari terkaman Randika hari ini. Jadi dia meminta Randika untuk sabar dan menunggu ketika mereka sudah berdua di dalam kamar.
Randika hanya tersenyum dan Inggrid mulai bertanya mengenai Makau. "Apa yang sebenarnya terjadi di Makau? Dari cerita Hannah, kamu berseteru dengan penguasa kota Makau ya?"
"Hahaha cuma masalah kecil kok itu." Randika mengibaskan tangannya. "Hanya bocah-bocah tidak tahu diri yang aku temui saat di kasino. Aku sudah memberi pelajaran pada mereka."
Pada saat ini, Ibu Ipah membawakan makanan kepada mereka.
"Makan malam sudah siap." Kata Ibu Ipah sambil tersenyum. "Aku akan memanggil nona Hannah."
Randika mengangguk, karena makanan pesawat yang buruk, dia tidak sabar makan makanan Ibu Ipah.