Chapter 67: Ares Beraksi!
Chapter 67: Ares Beraksi!
Masih sambil mengupil, Randika memperhatikan Indra dengan seksama.
Setelah semua preman itu mengepung, entah itu memukul ataupun menindih Indra, tiba-tiba udara terhisap ke tubuh Indra dan meledak.
Kerumunan orang itu terpental jauh sebanyak 10 langkah! Ternyata itu adalah ledakan tenaga dalam Indra.
'Menggunakan taktik lautan manusia ke Indra mentang-mentang dia gemuk? Polos sekali mereka, tenaga dalam Indra jauh lebih besar dariku tahu!' Pikir Randika.
"Bagus, bagus." Randika bertepuk tangan sambil memuji Indra.
"Hehe." Indra malu-malu mendengarnya.
Setelah menyelesaikan masalah ini, Randika sudah berniat pergi dari situ. Tetapi, dalam sekejap ada teriakan muncul dari arah gang. "Kalian berdua jangan bergerak!"
Menoleh ke belakang, pemimpin geng gagak menatap dirinya dengan tajam. Di tangannya sudah ada pistol membidik ke arahnya.
"Indra, berlindunglah di belakangku." Kata Randika dengan pelan, lalu Randika maju perlahan. "Kenapa? Kau ingin dihajar juga?"
"Bedebah!" Muka si pemimpin ini buruk sekali. Hari ini dia hanya sedang menghajar geng yang berani melangkahi wilayahnya, tidak pernah terpikir dia akan bertemu dengan duo bocah seperti mereka itu. Meskipun mukanya terlihat bodoh, orang gemuk itu sungguh kuat. Dia bisa menghajar gabungan kekuatan antara dua geng dalam sekejap!
Mau ditaruh mana wajahnya kalau dia membiarkan kedua orang itu pergi begitu saja?
"Kalian semua cukup main-mainnya, berdiri dan bunuh bedebah satu itu." Teriaknya.
Beberapa preman yang meringkuk kesakitan segera berdiri dan berjalan kembali ke mobil dan mengambil senjata api mereka. Tak lama, 12 orang sudah membidik ke arah Randika.
"Sebentar, sebentar, aku sudah ngomong kalau kami cuma lewat." Randika lalu tersenyum. "Kami hanya kebetulan saja melihat ke arah kalian dan tiba-tiba kalian mendatangi kami. Tentu saja kami harus membela diri kami bukan?"
"Setelah melihat pistol ini kau menjadi takut?" Pemimpin geng gagak ini mulai besar kepala. Hari ini kau akan makan malam di neraka kalau tidak menuruti kata-kata kami."
Randika hanya menghela napas, kenapa nasibnya selalu bertemu dengan orang-orang seperti ini?
Randika lalu menganalisa situasinya. Ke-12 orang ini jaraknya cukup berdekatan jadi cukup mudah baginya untuk menaklukan mereka.
Tapi dia harus memikirkan Indra yang berdiri di belakangnya. Dia tidak punya kemampuan untuk bergerak cepat jadi apabila musuh menembak maka mereka bisa celaka. Terlebih lagi, api kebencian mulai membara di mata para preman ini, situasinya bisa lebih buruk lagi.
"Ikat mereka berdua! Kita lihat pria gemuk itu bisa sok hebat lagi tidak saat kita siksa dia."
"Kak, aku ingin mengalahkan mereka." Indra tidak bisa menerima ejekan yang dilontarkan tersebut.
"Jangan khawatir, serahkan ini padaku." Kata Randika dengan santai.
Beberapa preman mendekati mereka berdua dan Randika hanya berkata sambil menghela napas, "Tidak ada jalan damai kah?"
"Mimpi! Berlutut dan menyerahlah!"
"Kalau begitu, nanti jangan meminta ampun padaku!" Tiba-tiba Randika sudah berubah jadi gumpalan asap!
Para preman tersebut terkejut target bidikan mereka tiba-tiba menghilang.
Dalam sekejap, tenaga dalamnya yang dia alirkan di tangannya sudah memutar pergelangan tangan si pemimpin geng gagak dan pistolnya melayang di udara. Dia sama sekali tidak bisa melawan saat dia dibanting oleh Randika.
Para preman itu terkejut ketika pemimpin mereka tiba-tiba meringkuk kesakitan, mereka segera membidik Randika kembali. Tapi Randika sudah melompat tinggi bahkan sebelum mereka menoleh. Senjata yang ada di udara itu dia ambil dan tembakkan.
Dor! Dor! Dor!
Hanya dalam satu detik sejak dia memegang pistolnya itu, Randika sudah menembak ke-11 orang lainnya yang membawa pistol.
"Ah!"
Ke-11 orang itu langsung memegang tangan mereka yang tertembak itu.
"Apa yang terjadi?!" Para preman lainnya hanya bisa melongo melihat teman-teman mereka tertembak. Mereka bingung harus berbuat apa.
"Dasar bodoh! Ambil senjata dan tembak dia!" Teriak pemimpin mereka.
"Mana orangnya?" Para preman itu masih tidak bisa melihat di mana sosok Randika. Di saat mereka masih kebingungan, Randika sudah berada tepat di depan mereka.
Randika bagaikan asap yang menyelimuti mereka semua, setiap kali dia melewati seseorang maka orang itu akan berteriak kesakitan. Setiap teriakan akan membuat ketakutan para preman yang lain, mereka tetap tidak bisa melihat sosok yang menyakiti kawan mereka.
Dalam sekejap, ke-12 pistol berhasil dia ambil ataupun hancurkan dan 20an orang telah Randika taklukan dengan mudah.
Para preman sisanya itu berdiri membeku, apakah musuh mereka ini masih bisa dibilang manusia?
Randika lalu berjalan menuju kedua pemimpin geng yang meringkuk ketakutan di belakang. Para preman tanpa sadar membukakan jalan untuknya.
"Hiiii apa yang kau mau!" Randika membidik kepala mereka berdua, dalam sekejap mereka berdua ketakutan dan berkeringat deras.
"Ampuni aku!" Pemimpin geng ini sudah tidak memikirkan harga diri atau semacamnya, baginya nyawanya adalah segalanya.
"Hmm? Bukankah kau ingin membunuhku tadi?" Tanya Randika dengan nada datar.
"Ah! Kau salah dengar, aku tidak pernah berkata seperti itu." Pemimpin itu langsung menunjuk si pemimpin geng gagak. "Dia yang berkoar ingin membunuhmu, bukan aku!"
Pemimpin geng gagak ini langsung berkeringat deras, dia tidak bisa membantah omongan rivalnya ini.
"Oh benar juga." Randika lalu cuma membidik si pemimpin geng gagak itu. Ketika para bawahannya melihat ini, beberapa dari mereka yang nekat hendak merebut senjata yang dibawa oleh Randika itu. Tetapi setelah 3 langkah, Randika dengan akurat menembak salah satu kaki orang yang paling depan.
Detik itu juga, orang-orang nekat itu tidak berani bertindak gegabah lagi. Lawannya ini sudah bukan manusia!
"Nah kita kembali ke urusan kita lagi." Randika lalu berkata dengan nada dingin. "Bukankah kau akan membunuhku?"
"Geng gagak tidak akan pernah berhenti memburumu!" Pemimpin ini berusaha mengintimidasi Randika. Tetapi Randika dengan cepat menggelengkan kepalanya. Dia lalu mempreteli ke-12 senjata yang ada dan mencengkram erat tangan si pemimpin gagak itu. Dalam sekejap dia meringkik kesakitan.
"Berani menunjukan mukamu lagi, aku akan membunuhmu!" Randika lalu berjalan pergi.
Melihat punggung Randika, api kebencian berkobar di mata si pemimpin ini. Dia lalu mengambil pistol yang dia sembunyikan di celananya dan menembak Randika.
Dor!
Ketika peluru itu melesat, dia tersenyum lebar. Tetapi detik berikutnya sosok Randika sudah menghilang dari jalur peluru tersebut.
Apa? Bagaimana bisa?
Mata pemimpin geng gagak ini terbelalak dan suara Randika terdengar dari arah belakangnya. "Pistolmu terlalu lambat."
Ketika dia menoleh, dia sudah menerima pukulan Randika yang membuatnya terpental jauh.
Randika lalu menghampirinya dan meremukkan kedua tulang tangannya, dia memastikan bahwa orang ini akan cacat seumur hidupnya.
Para preman lainnya hanya bisa melihat semua ini terjadi. Mereka sudah tahu bahwa mereka bukan tandingan setan satu itu.
"Kakak seperguruan memang hebat!" Muka Indra penuh dengan kekaguman.
"Sudah kubilang, panggil aku kak Randika." Randika menepuk jidatnya, bisa-bisanya Indra sudah lupa.
"Baik kak Randika." Kata Indra sambil tersenyum.