Chapter 362: Kecelakaan di Perjalanan Menuju Rumah (2)
Chapter 362: Kecelakaan di Perjalanan Menuju Rumah (2)
Jika truk gandeng ini tidak dihentikan, banyak orang akan tewas dan bisa menabrak mobil-mobil yang berhenti sehingga menimbulkan kecelakaan yang jauh lebih parah.
Semua orang berusaha menyelamatkan diri mereka, jelas bahwa mereka tidak ingin hari ini menjadi hari terakhir mereka di bumi.
Pengemudi truk gandeng tersebut sudah sangat ketakutan. Dia tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi. Ketika dia berusaha mengerem dan berhenti di bahu jalan, ternyata rem truknya tidak berfungsi sama sekali. Meskipun truk miliknya ini sudah diperiksa sebelum dia berangkat, dia tidak tahu apa penyebab terjadinya rem blong ini.
Semua orang melihat truk baru ini bagaikan banteng yang siap membunuh siapapun yang berani berdiri di hadapannya. Tetapi orang-orang ini sepertinya hanya bisa menerima nasib mereka karena tidak ada jalan untuk lari!
Pada saat ini, seseorang berdiri di barisan paling depan dan berdiri menghadap truk tersebut.
"Hei kamu gila atau apa? Cepat lari dan berlindung!" Orang di sekitarnya sudah berteriak ke arah orang tersebut tetapi dia hanya berdiri diam dan tidak mendengar peringatan orang-orang. Dia berdiri dengan ekspresi tenang, seolah-olah dia sedang menunggu truk tersebut menghampiri dirinya.
Pengemudi truk itu ketakutan setengah mati ketika melihat sosok Randika. Apa orang itu bodoh? Cepat minggir!
Pengemudi truk itu sudah mengucapkan doa permintaan maafnya. Sepertinya ada satu nyawa yang akan melayang karena dosanya ini, dia sudah siap masuk ke penjara karena kejadian ini.
Selamat tinggal saudara!
Pengemudi truk itu sudah menutup matanya tetapi tiba-tiba Randika menjulurkan kedua tangannya dengan perlahan.
Menghadapi banteng besar ini, Randika hanya menjulurkan kedua tangannya.
Orang-orang sudah tidak berani melihat lagi. Pemuda itu sudah pasti mati dan terpental jauh, mungkin mereka bisa mengambil kembali jenasahnya nanti.
Truk itu sudah sangat dekat, kecepatannya sama sekali tidak menurun. Sebentar lagi adalah penentuannya!
Semua orang sudah bisa melihat bayangan mayat Randika yang tercecer karena sudah sangat mustahil untuk menghentikan truk tersebut.
Benar, mustahil! Apa kalian tidak bisa melihat betapa cepat rodanya berputar? Apakah kalian tidak melihat tinggi truk itu sudah bagaikan gunung? Tidak peduli seberapa banyak orang yang menghadang, truk itu akan melindas siapapun yang berani menghalanginya.
Tetapi sekarang di depan truk tersebut, seorang anak muda menjulurkan kedua tangannya dan nampak berusaha untuk menghentikannya.
Semua orang sudah menutup mata mereka, mereka sudah tidak berani melihat lagi. Ketika mereka melihat Indra yang mengangkat truk berbobot 1 ton itu mereka sudah terheran-heran. Tetapi apa yang mereka lihat sekarang jauh lebih mengherankan lagi.
Randika berhasil menghentikan laju truk gandeng tersebut!
Apa ini mimpi? Bahkan monster pun mereka tidak yakin bisa menghentikan laju truk yang cepat itu.
Mereka benar-benar dalam keadaan syok. Dalam jangka waktu yang dekat, mereka melihat 2 keajaiban dunia. Tidak ada kata yang cocok untuk mengekspresikan keterkejutan mereka. Mungkin mereka yang sekarang melihat ada orang terbang dengan celana dalam merahnya di luar, mereka akan percaya 100% tanpa bertanya.
Kalau mereka tidak percaya dengan keberadaan Superman, terus 2 makhluk di depan mereka ini apa? Sudah pasti mereka superhero kan?
Orang yang mengemudikan truk itu juga terkejut. Dia mengira sudah membunuh Randika tetapi dia tidak mengira bahwa truknya akan tertahan.
Meskipun begitu, si supir segera berusaha mengerem sekuat tenaga tetapi hasilnya percuma.
Randika menyadari hal ini, dia langsung menggelengkan kepalanya. Lalu di bawah tatapan mata semua orang, dia mengangkat dan menggulingkan truk tersebut hingga jungkir balik.
Setelah terjatuh, ban mobil itu terus berputar di udara. Hal ini dilakukan oleh Randika agar mencegah insiden lain.
Setelah menyelesaikan masalah ini, Randika berniat naik kembali ke bus. Tetapi dia menyadari bahwa mulut orang-orang menganga ketika melihat dirinya, apakah mereka hendak memakan dirinya?
Namun, wajah Indra tetap terlihat biasa. Dia memiliki kepercayaan penuh terhadap kemampuan dan kekuatan kakak seperguruannya itu. Kekuatan fisik Randika jauh lebih kuat darinya jadi Indra tidak heran dengan hasil seperti ini.
Randika lalu menghampiri Indra dan berjalan masuk ke dalam bus mereka.
Orang-orang langsung berdiskusi apa yang baru saja mereka lihat itu.
"Ya ampun, siapa kedua orang itu?"
"Apa mungkin mereka titisan Dewa?" Kata seseorang. Melihat truk yang terbalik dan truk yang dipindah oleh Indra, mungkin saja teori ini benar.
"Benar-benar luar biasa, sepertinya mereka benar-benar titisan dewa."
Orang-orang terus berdiskusi tentang Randika dan Indra, sejujurnya Randika pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pada waktu itu, dia menyelamatkan Deviana dari mobil polisinya yang lepas kendali itu. Jadi orang-orang menggosipi dirinya ini sudah merupakan pemandangan yang wajar bagi Randika.
Bagi Randika, meskipun dia bukan Superman, dia masih seorang manusia. Karena tenaga dalamnya itu, dia bisa melakukan hal yang di luar akal sehat manusia.
Orang-orang di luar masih berdiskusi sedangkan orang-orang di dalam bus mereka hanya berani menatap diam ke arah Randika dan Indra. Mereka penasaran apakah keduanya ini adalah saudara atau tidak.
Kalau bukan saudara, kenapa mereka bisa memiliki kekuatan yang begitu besar?
Tidak ada alasan bagi Randika ataupun Indra untuk menjelaskan pada mereka. Mereka membiarkan imajinasi orang-orang ini terus berkembang.
Akhirnya para polisi dan ambulans sudah datang. Ketika orang-orang ditanya apa yang telah terjadi, tentu saja para polisi ini tidak percaya.
"Ulangi lagi kata-katamu itu." Wajah polisi itu terlihat marah, dia mengira bahwa orang yang diwawancarainya ini sedang bercanda.
"Pak, aku berkata jujur. Aku lihat seorang pria gemuk memindahkan truk itu dari atas mobil yang tertindih itu. Truk yang terbalik itu juga ulah teman dari pria gemuk itu."
Para polisi yang mendatangi lokasi kejadian ini mengalami dilemma. Mereka tidak mengerti harus melaporkan apa.
Randika dan Indra tentu saja ikut ditanyai oleh para polisi, tetapi Randika memakai nama Deviana sebagai tameng dan berhasil lolos dari sesi wawancara.
Setelah 2 jam tertunda, akhirnya bus mereka melaju sekali lagi.
Karena Randika dan Indra melakukan sesuatu yang mencolok, para penumpang bus ini tidak bisa melepaskan tatapan mereka.
Beberapa perempuan melihat Randika dengan tatapan penuh makna. Setiap detik mereka melihat Randika, semakin tersihir hati mereka.
Orang ini benar-benar gagah dan tampan!
Akhirnya salah satu perempuan membulatkan tekad dan duduk di sisi Randika.
"Halo, apakah aku boleh duduk di sampingmu?" Katanya sambil tersenyum.
"Oh silahkan." Randika lalu bergeser. Perempuan ini berusia sekitar 30 tahun. Meskipun sudah sedikit tua, wajahnya tergolong cantik. Tetapi Randika sama sekali tidak tertarik padanya.
Randika memang tidak pilih-pilih tetapi baginya perempuan ini terlalu tua baginya meskipun wajahnya cantik.
"Kamu barusan benar-benar luar biasa." Kata perempuan itu. Tetapi Indra justru terlihat bingung ketika mendengarnya. Bukankah hal ini biasa bagi kakak seperguruannya? Kenapa perempuan itu melebih-lebihkan?
Melihat Randika yang tidak menjawab, perempuan itu merasa bahwa Randika jual mahal dan dia harus menaikkan level permainannya. Dia mulai menaruh tangannya di paha Randika dan membelainya secara lembut.
Kali ini hati Randika mulai luluh. Sialan, dia bermain curang! Bahkan dia sendiri tidak akan bertindak seperti ini ketika menggoda perempuan.
"Hei," Perempuan itu tersenyum lebar. "Bagaimana kita membahas apa yang barusan kamu lakukan nanti setelah kita turun?"
Maknanya sangat jelas. Randika hanya bisa tertawa. "Maaf aku tidak punya banyak waktu, tetapi adik seperguruanku ini punya banyak waktu. Apa kamu ingin pergi bersamanya?"
Mendengar kata-kata Randika itu, si perempuan terkejut. "Dia adikmu?"
"Adik seperguruan lebih tepatnya." Kali ini Indra nimbrung karena namanya disinggung. Melihat sosok Indra dalam jarak dekat, si perempuan itu hanya bisa mendengus dingin.
Orang-orang yang mendengar percakapan mereka ini sudah tertawa. Mereka membayangkan tubuh Indra yang menggencet perempuan itu, benar-benar seperti sandwich!
Merasa ditolak secara halus oleh Randika, perempuan itu akhirnya menyerah dan duduk kemabli di tempatnya semula.